• Erlita Pratiwi Kuputar kunci pintu kamarku. Aku membuka pintu kamar yang kuncinya telah terbuka, lalu aku membeku di depan mata. Serasa ada batu menghujam kepalaku. Ibu dan anak yang tadi aku tabrak ada di dalam kamarku. Mereka sedang duduk di ranjangku. Sementara ibu anak itu tetap dengan tatapan bekunya, anak di sampingnya yang tadi tertabrak malah tertawa puas ke arahku dengan kondisinya yang tidak seperti habis tertabrak. Padahal tadi dia menangis.
    Sumber: Perempuan Terowongan Ceger 159
    Erlita Pratiwi
    Penulis dari Indonesia
    Erlita Pratiwi
    - +
    +5
Erlita Pratiwi - Kuputar kunci pintu kamarku. Aku membuka pintu kamar yang kuncinya telah terbuka, lalu aku membeku di depan mata. Serasa ada batu menghujam kepalaku. Ibu dan anak yang tadi aku tabrak ada di dalam kamarku. Mereka sedang duduk di ranjangku. Sementara ibu anak itu tetap dengan tatapan bekunya, anak di sampingnya yang tadi tertabrak malah tertawa puas ke arahku dengan kondisinya yang tidak seperti habis tertabrak. Padahal tadi dia menangis.
Kuputar kunci pintu kamarku. Aku membuka pintu kamar yang kuncinya telah terbuka, lalu aku membeku di depan mata. Serasa ada batu menghujam kepalaku. Ibu dan anak yang tadi aku tabrak ada di dalam kamarku. Mereka sedang duduk di ranjangku. Sementara ibu anak itu tetap dengan tatapan bekunya, anak di sampingnya yang tadi tertabrak malah tertawa puas ke arahku dengan kondisinya yang tidak seperti habis tertabrak. Padahal tadi dia menangis. dari : Erlita Pratiwi
X
hills-sunrise black-road forest lake-forest plant-drops purple-flower rain-drops river-forest rood-blad rose-black sky-stars straat-stad z-love-children-sun z-love-geliefdes-zon z-love-hands-sun z-love-hands z-love-leaves z-love-parijs z-love-small-hearts z-love-zwanen

Font size:

20 px 24 px 28 px 32 px 40 px 48 px

Font:

Arial TNR Verdana Courier New Comic Monospace

Warna:

Putih Beru Merah Kuning Hijau Hitam

Bayangan:

Tidak Putih Hitam
hills-sunrise Kuputar kunci pintu kamarku. Aku membuka pintu kamar yang kuncinya telah terbuka, lalu aku membeku di depan mata. Serasa ada batu menghujam kepalaku. Ibu dan anak yang tadi aku tabrak ada di dalam kamarku. Mereka sedang duduk di ranjangku. Sementara ibu anak itu tetap dengan tatapan bekunya, anak di sampingnya yang tadi tertabrak malah tertawa puas ke arahku dengan kondisinya yang tidak seperti habis tertabrak. Padahal tadi dia menangis.
- Erlita Pratiwi JagoKata.com