Kata-kata Bijak: dari Putu Wijaya

Putu Wijaya

Putu Wijaya

Sastrawan dari Indonesia

Lahir: 1944-

  • Orang gila tak perlu berpikir, sebab dia tahu tak ada gunanya.
  • Mereka mengira tersesat itu selalu berarti salah, padahal tersesat itu adalah jalan untuk menemukan kebenaran yang lebih sejati.
  • Manusia walaupun jasmaninya kelihatan seperti kelebihan, tetapi budayanya membuat ia tetap mengikuti kewajaran.
  • Bahwa harmoni adalah yang paling utama dalam kehidupan, walaupun kadang tidak rasional.
  • Hidup bukan untuk makan. Makan juga tidak untuk hidup, orang hidup harus makan, orang makan harus hidup.
  • Hidup ini bukan hadiah, tetapi utang yang harus kita tebus dengan keringat.
  • Kita jangan sampai kagum pada bayangan kita sendiri, kadang-kadang bayangan itu tinggi besar jika matahari condong, padahal tubuh kita sebenarnya tetap kecil.
+3

Kata-kata Bijak 1 s/d 10 dari 20.

  • Kita jangan sampai kagum pada bayangan kita sendiri, kadang-kadang bayangan itu tinggi besar jika matahari condong, padahal tubuh kita sebenarnya tetap kecil.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +217
  • Kalau ini karena uang, memalukan. Kalau ini karena wanita, aib namanya, kalau ini karena kenakalan, bodoh. Kalau ini karena tidak ada kerjaan lain, lebih bodoh lagi.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +70
  • Tak ada tikus yang tidak berkumis. Tak ada keuntungan yang datang gratis, semuanya harus dibayar.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +31
  • Saya tidak bilang teori itu tidak perlu. Praktek itu memang berdasarkan teori. Tetapi praktek itu bukan semata-mata teori yang dipraktekkan, ini hidup bukan buku yang gampang diatur.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +28
  • Perdamaian yang palsu lebih ganas dari perang.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +21
  • Mulut kita adalah cermin rohani kita.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +17
  • Segala aturan dan beban itu memang disengaja. Itu sudah merupakan paket, agar tingkah laku jadi selalu laras dan terkendali. Tekanan adalah juga kendali.
    ― Putu Wijaya
    - +
    +13
  • Dalam tersesat kamu diasah untuk mempertimbangkan apa yang sudah kamu putuskan, dan menambah apa yang selama ini tidak pernah kau pikirkan.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +11
  • Orang gila tak perlu berpikir, sebab dia tahu tak ada gunanya.
    ― Putu Wijaya
    - +
    +10
  • Bahwa harmoni adalah yang paling utama dalam kehidupan, walaupun kadang tidak rasional.
    Sumber: Perang
    ― Putu Wijaya
    - +
    +8
Kata-kata Putu Wijaya - quotes, kata mutiara, kata bijak dan kutipan dari Putu Wijaya yang terbaik dan terkenal: 20 ditemukan

Tentang Putu Wijaya

Putu Wijaya lahir dengan nama I Gusti Ngurah Putu Wijaya merupakan seorang sastrawan. Pria kelahiran Tabanan, Bali, 11 April 1944 ini merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.

Tulisan pertamanya berjudul "Etsa" yang berupa sebuah cerpen dan dimuat di Harian Suluh Indonesia, Bali. Sampai sekarang beberapa tulisannya telah dimuat di beberapa media cetak seperti Harian Kompas dan Sinar Harapan. Bahkan beberapa karyanya telah diterjemahkan ke beberapa bahasa seperti bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jepang, Rusia, Arab hingga bahasa Thai.

Beberapa karyanya antara lain "Telegram", "Tiba-Tiba Malam", "Bila Malam Bertambah Malam", "Plot", "Klop", "Intrik", "Nol", "Dang Dut", "Sobat", "Dar Der Dor" dan lain-lain.

FAQ: Tanya Jawab

Apa kata-kata bijak paling terkenal dari Putu Wijaya?

Dua kata-kata bijak paling terkenal dari Putu Wijaya adalah: "Kita jangan sampai kagum pada bayangan kita sendiri, kadang-kadang bayangan itu tinggi besar jika matahari condong, padahal tubuh kita sebenarnya tetap kecil." dan "Kalau ini karena uang, memalukan. Kalau ini karena wanita, aib namanya, kalau ini karena kenakalan, bodoh. Kalau ini karena tidak ada kerjaan lain, lebih bodoh lagi.".

Kapan Putu Wijaya hidup?

Putu Wijaya masih hidup dan lahir pada tahun 1944.

Kata kunci dari kata bijak ini:

  1. mempertimbangkan
  2. dipraktekkan
  3. semata-mata
  4. perdamaian
  5. terkendali
  6. merupakan

Tokoh yang sama