Putu Wijaya
Sastrawan dari Indonesia
Hidup: 1944 -
Kategori: Penulis (Modern) Negara: Indonesia
Lahir: 11 April 1944
Tentang Putu Wijaya
Putu Wijaya lahir dengan nama I Gusti Ngurah Putu Wijaya merupakan seorang sastrawan. Pria kelahiran Tabanan, Bali, 11 April 1944 ini merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.
Tulisan pertamanya berjudul "Etsa" yang berupa sebuah cerpen dan dimuat di Harian Suluh Indonesia, Bali. Sampai sekarang beberapa tulisannya telah dimuat di beberapa media cetak seperti Harian Kompas dan Sinar Harapan. Bahkan beberapa karyanya telah diterjemahkan ke beberapa bahasa seperti bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jepang, Rusia, Arab hingga bahasa Thai.
Beberapa karyanya antara lain "Telegram", "Tiba-Tiba Malam", "Bila Malam Bertambah Malam", "Plot", "Klop", "Intrik", "Nol", "Dang Dut", "Sobat", "Dar Der Dor" dan lain-lain.
Buku dari Putu Wijaya
Kata-kata Bijak 1 s/d 20 dari 20.
-
Kita jangan sampai kagum pada bayangan kita sendiri, kadang-kadang bayangan itu tinggi besar jika matahari condong, padahal tubuh kita sebenarnya tetap kecil.
― Putu Wijaya -
Kalau ini karena uang, memalukan. Kalau ini karena wanita, aib namanya, kalau ini karena kenakalan, bodoh. Kalau ini karena tidak ada kerjaan lain, lebih bodoh lagi.
― Putu Wijaya -
Tak ada tikus yang tidak berkumis. Tak ada keuntungan yang datang gratis, semuanya harus dibayar.
― Putu Wijaya -
Saya tidak bilang teori itu tidak perlu. Praktek itu memang berdasarkan teori. Tetapi praktek itu bukan semata-mata teori yang dipraktekkan, ini hidup bukan buku yang gampang diatur.
― Putu Wijaya -
Segala aturan dan beban itu memang disengaja. Itu sudah merupakan paket, agar tingkah laku jadi selalu laras dan terkendali. Tekanan adalah juga kendali.
― Putu Wijaya -
Dalam tersesat kamu diasah untuk mempertimbangkan apa yang sudah kamu putuskan, dan menambah apa yang selama ini tidak pernah kau pikirkan.
― Putu Wijaya -
Orang gila tak perlu berpikir, sebab dia tahu tak ada gunanya.
― Putu Wijaya -
Bahwa harmoni adalah yang paling utama dalam kehidupan, walaupun kadang tidak rasional.
― Putu Wijaya -
Seperti rumah, yang menjadi semakin rumah ketika ditinggalkan, begitulah cinta, menjadi semakin cinta sesudah hilang.
― Putu Wijaya -
Ini buktinya. Kalau tidak adil memang begini. Semua orang bisa gila.
― Putu Wijaya -
Mereka mengira tersesat itu selalu berarti salah, padahal tersesat itu adalah jalan untuk menemukan kebenaran yang lebih sejati.
― Putu Wijaya -
Di zaman edan ini, siapa yang tidak frustrasi? Kalau kamu ikutkan perasaanmu, kamu akan gila. Tetapi, semua orang memang sudah gila. Kamu tidak akan menjadi istimewa karena menjadi gila.
― Putu Wijaya -
Manusia walaupun jasmaninya kelihatan seperti kelebihan, tetapi budayanya membuat ia tetap mengikuti kewajaran.
― Putu Wijaya -
Tiap-tiap orang mempunyai sudut terbaiknya yang berbeda dengan orang lain, nah sudut pandang itu yang harus kita temukan
― Putu Wijaya -
Hidup bukan untuk makan. Makan juga tidak untuk hidup, orang hidup harus makan, orang makan harus hidup.
― Putu Wijaya