Pramoedya Ananta Toer
Penulis dari Indonesia
Hidup: 1925 - 2006
Kategori: Politics | Penulis (Modern) Negara: Indonesia
Lahir: 6 Februari 1925 Meninggal: 29 April 2006
Kata-kata Bijak 121 s/d 140 dari 437.
-
Kalau tidak ada orang-orang rendahan, tentu tidak ada orang atasan.
Sumber: Gadis Pantai― Pramoedya Ananta Toer -
Lagi pula tak ada cinta muncul mendadak, karena dia adalah anak kebudayaan, bukan batu dari langit.
Sumber: Bumi Manusia (1980)― Pramoedya Ananta Toer -
Sungguh mengguncangkan mengetahui adanya sejumlah orang yang sejak perawan remaja sampai jadi nenek tetap terbelenggu oleh perbuatan keji balatentara Jepang. Di masa kemajuan tekhnologi semaju sekarang ini.
Sumber: Perawan Dalam Cengkeraman Militer― Pramoedya Ananta Toer -
Walaupun manusia itu lahir tidak atas kemauannya sendiri, tapi aturan-aturan dari sistem belum tentu sesuai dengan individu. Maka dari itu, saya berpendapat bahwa demokrasi, seberapapun jeleknya ia sebagai sistem, tetap lebih baik dari komunisme. Manusia memiliki hak untuk bicara, juga ketika yang diungkapkannya keliru. Kalau hal itu terjadi, yang lain akan mengoreksinya.
Sumber: Saya Ingin Lihat Semua Ini berakhir (2008) 142― Pramoedya Ananta Toer -
Kau harus selalu kelihatan cantik, Nyai. Muka yang kusut dan pakaian berantakan juga pencerminan perusahaan yang kusut-berantakan, tak dapat dipercaya.
Sumber: Bumi Manusia― Pramoedya Ananta Toer -
Pribumi Hindia sangat sederhana. Takkan ada perang yang bakal mereka menangkan. Apa arti parang dan tombak di hadapan senapan dan meriam?
Sumber: Bumi Manusia― Pramoedya Ananta Toer -
Sahabat dalam kesulitan adalah sahabat dalam segala-galanya. Jangan sepelekan persahabatan. Kehebatannya lebih besar daripada panasnya permusuhan.
Sumber: Anak semua bangsa― Pramoedya Ananta Toer -
Di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana.
Sumber: Bukan Pasarmalam― Pramoedya Ananta Toer -
Laut tetap kaya takkan kurang, cuma hati dan budi manusia semakin dangkal dan miskin.
Sumber: Gadis Pantai― Pramoedya Ananta Toer -
Pada setiap awal pertumbuhan, katanya, semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri.
Sumber: Bumi Manusia― Pramoedya Ananta Toer -
Berbahagialah dia yang tak tahu sesuatu. Pengetahuan, perbandingan, membuat orang tahu tempatnya sendiri, dan tempat orang lain,gelisah dalam alam perbandingan.
Sumber: Jejak Langkah (1985)― Pramoedya Ananta Toer -
Indahnya dunia ini jika pemuda masih tahu perjuangan!
Sumber: Larasati― Pramoedya Ananta Toer -
Kepengarangan yang memiliki faal (perbuatan) sosial pada gilirannya harus pula bersambung dengan pers yang progesif.
Sumber: Panggil Aku Kartini Saja― Pramoedya Ananta Toer -
Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka mati sekali daripada berkali-kali.
Sumber: Rumah Kaca (1988) , h. 443― Pramoedya Ananta Toer -
Saya ini kagum kepada Bung Karno. Ia sanggup melahirkan nation, bukan bangsa, tanpa meneteskan darah. Mungkin dia satu-satunya, atau paling tidak satu di antara yang sangat sedikit. Kelahiran nation itu biasanya, dimana saja, mandi darah.
Sumber: Suara Independen no.3/I: Augustus 1995― Pramoedya Ananta Toer -
Bagaimana bisa manusia hanya ditimbang dari surat-surat resmi belaka, dan tidak dari wujudnya sebagai manusia?
Sumber: Bumi Manusia― Pramoedya Ananta Toer -
Bakal jadi apa kau ini kalau aku tidak sanggup bersikap keras? Terhadap siapa saja. Dalam hal ini biar cuma aku yang jadi kurban, sudah kurelakan jadi budak belian. Kaulah yang terlalu lemah, Ann, berbelas kasihan tidak pada tempatnya.
Sumber: Bumi Manusia― Pramoedya Ananta Toer -
Kalau ada persatuan semua bisa kita kerjakan, jangankan rumah, gunung dan laut bisa kita pindahkan - Ranta
Sumber: Sekali Peristiwa di Banten Selatan― Pramoedya Ananta Toer -
Kalau aku tak memiliki tubuh indah dan wajah cantik mungkin aku jadi sebagian dari mereka yang dibunuh pelan-pelan itu.
Sumber: Larasati― Pramoedya Ananta Toer -
Menyusuri hutan-hutan jati
Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya
Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa
Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota,
Mencipta banjir dari genangan air mataSumber: PUISI UNTUK AYAH― Pramoedya Ananta Toer
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Tere Liye
Penulis dari Indonesia 409 -
Primadonna Angela
Penulis dari Indonesia 304 -
Boy Candra
Penulis dari Indonesia 298 -
Winna Efendi
Penulis dari Indonesia 282 -
Oscar Wilde
Penulis dari Irlandia 281 -
Orizuka
Penulis dari Indonesia 273 -
Arumi E.
Penulis dari Indonesia 261 -
Christian Simamora
Penulis dari Indonesia 259