Kata-kata Bijak: dari Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer

Penulis dari Indonesia

Lahir: 1925-2006

  • Pramoedya Ananta Toer
  • Kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan.
  • Saya selalu percaya dan ini lebih merupakan sesuatu yang mistis, bahwa hari esok akan lebih baik dari hari sekarang.
  • Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka mati sekali daripada berkali-kali.
  • Tak ada satu hal pun tanpa bayang-bayang, kecuali terang itu sendiri.
  • Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian.
+3

Kata-kata Bijak 21 s/d 40 dari 437.

  • Saya selalu percaya dan ini lebih merupakan sesuatu yang mistis, bahwa hari esok akan lebih baik dari hari sekarang.
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +200
  • Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri.
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +190
  • Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana.
    Sumber: Anak Semua Bangsa (1981)
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +187
  • Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh.
    Sumber: Anak Semua Bangsa (1981)
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +180
  • Yang harus malu itu mereka karena mereka takut untuk bekerja. Kau kan kerja. kau tidak boleh malu. Mereka yang harus malu, Tidak berani kerja. Semua orang bekerja, itu adalah mulia. Yang tidak bekerja tidak punya kemuliaan.
    Sumber: Saya Ingin Lihat Semua Ini berakhir (2008) 113
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +180
  • Dan modern adalah juga kesunyian manusia yatim-piatu dikutuk untuk membebaskan diri dari segala ikatan yang tidak diperlukan: adat, darah, bahkan juga bumi, kalau perlu juga sesamanya.
    Sumber: Minke 2
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +171
  • Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia.
    Sumber: Anak Semua Bangsa (1981)
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +171
  • Jangan Tuan terlalu percaya pada pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit-bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya.
    Sumber: Nama Saya Tidak Pernah Kotor. Jawa Pos, 18 April 1999
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +165
  • Dan dengan tidak terasa umur manusia pun lenyap sedetik demi sedetik ditelan siang dan malam. Tapi masalah-masalah manusia tetap muda seperti waktu, Di mana pun juga dia menyerbu ke dalam kepala dan dada manusia, kadang-kadang ia pergi lagi dan di tinggalkannya kepala dan dada itu kosong seperti langit.
    Sumber: Bukan Pasar Malam 68
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +162
  • Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +161
  • bila akar dan batang sudah cukup kuat dan dewasa, dia akan dikuatkan oleh taufan dan badai.
    Sumber: Raden Tomo 277
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +152
  • Sekarang, kepalaku membayangkan kuburan, tempat manusia yang terakhir. Tapi kadang-kadang manusia tak mendapat tempat dalam kandungan bumi. Ya, kadang-kadang. Pelaut, prajurit di zaman perang, sering mereka tak mendapat tempat tinggal terakhir. Dalam kepalaku membayangkan, kalau ayah yang tak mendapatkan tempat itu.
    Sumber: Bukan Pasarmalam
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +148
  • Betapa sederhana hidup ini sesungguhnya yang pelik cuma liku dan tafsirannya.
    Sumber: Rumah Kaca (1988)
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +143
  • Di sana, di kampung nelayan tetesan deras keringat membuat orang tak sempat membuat kehormatan, bahkan tak sempat mendapatkan nasi dalam hidupnya terkecuali jagung tumbuk yang kuning. Betapa mahalnya kehormatan dan nasi.
    Sumber: Gadis Pantai
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +135
  • Mendapat upah karena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri, kan itu dalam seni namanya pelacuran?
    Sumber: Jean Marais 59
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +132
  • Persahabatan lebih kuat dari pada panasnya permusuhan.
    Sumber: Minke 46
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +110
  • Saya pegang ajaran Multatuli bahwa kewajiban manusia adalah menjadi manusia.
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +100
  • [...] soalnya memang kertas-kertas yang lebih bisa dipercaya. Lebih bisa dipercaya daripada mulut penulisnya sendiri.
    Sumber: Rumah kaca 92
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +99
  • Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas.
    Sumber: Bumi Manusia (1980) , h. 138
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +98
  • Ibu bapak tani—ibu bapak tanah air—akan meratapi putera-puterinya yang terkubur dalam udara terbuka di atas rumput hijau, di bawah naungan langit biru di mana awan putih berarak dan angin bersuling di rumpun bambu. Kemudian tinggallah tulang belulang putih yang bercerita pada musafir lalu, “ Di sini pernah terjadi pertempuran. Dan aku mati di sini.
    Sumber: Percikan Revolusi Subuh
    ― Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +95
Kata-kata Pramoedya Ananta Toer - quotes, kata mutiara, kata bijak dan kutipan dari Pramoedya Ananta Toer yang terbaik dan terkenal: 437 ditemukan (halaman 2)

Tentang Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya dilahirkan di Blora pada tahun 1925 di jantung pulau jawa di sebelah timur Pulau Sumatera, sebagai anak sulung dalam keluarganya.

Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya seorang penjual nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya.

Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Sumber Wikipedia

Kata kunci dari kata bijak ini:

  1. sejahat-jahatnya
  2. putera-puterinya
  3. kadang-kadang
  4. tinggalkannya
  5. berbahagialah
  6. pengalamannya

Tokoh yang sama