Buya Hamka
Seorang ulama, aktivis dan sastrawan Indonesia
Hidup: 1908 - 1981
Kategori: Politics | Teolog dan pendeta | Penulis (Modern) Negara: Indonesia
Lahir: 17 Februari 1908 Meninggal: 24 Juli 1981
Kata-kata Bijak 41 s/d 60 dari 67.
-
Tahan menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan adalah bahagia.
― Buya Hamka -
Waktu bagi orang Islam adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan.
― Buya Hamka -
Kalau nyata harta benda tak dapat menangkis sakit, tidak dapat menolak demam, tidak dapat menghindarkan maut, nyatalah bahwa kesusahan yang menimpa orang kaya serupa dengan kesusahan yang menimpa orang miskin.
― Buya Hamka -
Sebesar-besar atau seberat-berat urusan, jangan dihadapi dengan muka berkerut, kerut muka itu dengan sendirinya menambahkan lagi kerut pekerjaan itu.
― Buya Hamka -
Nafsu yang menyebabkan marah dan dengki.
― Buya Hamka -
Tuhan menilai apa yang kita beri dengan melihat apa yang kita simpan.
― Buya Hamka -
Oleh sebab itu maka bertambah tinggi perjalanan akal, bertambah banyak alat pengetahuan yang dipakai, pada akhirnya bertambah tinggi pulalah martabat Iman dan Islam seseorang.
Sumber: Falsafah Ketuhanan― Buya Hamka -
Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari.
― Buya Hamka -
Bangunlah kekasih ku umat Melayu. Belahan asal satu turunan bercampur darah dari dahulu persamaan nasib jadi kenangan.
― Buya Hamka -
Saya merasa ingat kepadanya adalah kemestian hidup saya, rindu kepadanya membukakan pintu angan-angan saya menghadapi zaman yang akan datang.
Sumber: Di Bawah Lindungan Ka'bah― Buya Hamka -
Janji Tuhan sudah tajalli, mulialah umat yang teguh iman. Allah tak pernah mungkir janji tarikh riwayat jadi pedoman.
― Buya Hamka -
Yang amat ajaib ialah peperangan di antara otak dan hati. Beberapa saat dia dapat dilupakan dan hati mengikut dengan patuh apa kehendak otak. Tapi bila kelihatan rumah tangganya, atau kelihatan rupanya sendiri, dan kadang-kadang bila namanya disebut orang, hati lupa akan perintah otak, ia kembali berdebar ia surut kepada kenang-kenangannya yang lama. Ini yang kerap kali mengalahkan anakanda.
― Buya Hamka -
Hujung akal itu fikir, pangkal agama itu zikir.
― Buya Hamka -
Tetapi Tuan... kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk cinta.
Sumber: Di Bawah Lindungan Ka'bah― Buya Hamka -
Diribut runduklah padi Dicupak datuk Temenggung Hidup kalau tidak berbudi Duduk tegak kemari canggung Tegak rumah karena sendi Runtuh budi rumah binasa Sendi bangsa ialah budi Runtuh budi runtuhlah bangsa.
― Buya Hamka -
Kemerdekaan sauatu negara dapat dijamin teguh berdiri apabila berpangkal pada kemerdekaan jiwa.
― Buya Hamka -
Orang berakal hidup untuk masyarakatnya, bukan buat dirinya sendiri.
Sumber: Falsafah Hidup― Buya Hamka -
Orang yang berakal pergi ke medan perang membawa senjata. Berbantah dan bertukar pikiran dengan cukup alasan. Berlawan dengan kekuatan. Karena dengan akallah tercapai hidup, dengan budi tenanglah hati, dengan pikiran tercapai maksud, dengan ilmu ditaklukkan dunia.
Sumber: Falsafah Hidup― Buya Hamka -
Kegunaan harta tidak dimungkiri. Tetapi ingatlah yang lebih tinggi ialah cita-cita yang mulia.
― Buya Hamka -
Kemunduran negara tidak akan terjadi kalau tidak kemunduran budi dan kekusutan jiwa.
Sumber: Dari Lembah Cita-Cita― Buya Hamka