Kata-kata Bijak dari Butet Manurung

Butet Manurung

Antropolog dan Pendiri "Sokola Rimba" dari Indonesia

Hidup: 1972 -

Lahir: 21 Februari 1972

  • Menjaga hutan memang sulit, pemerintah saja tidak bisa apalagi aku yang baru bisa baca tulis.
  • Pendidikan bukanlah proses alienasi seseorang dari lingkungannya, atau dari potensi alamiah dan bakat bawaannya, melainkan proses pemberdayaan potensi dasar yang alamiah bawaan untuk menjadi benar-benar aktual secara positif bagi dirinya dan sesamanya.

Kata-kata Bijak 1 s/d 4 dari 4.

  • Kami belajar tidak hanya di pondok, kalau hari cerah, kami lebih senang di alam terbuka, di bawah pohon, atau dekat sungai, atau jalan-jalan ke sana ke mari dengan buku digulung dan disemat pulpen, lalu diselip di celana atau cawat masing-masing.
    Butet Manurung
    - +
    +37
  • Menjaga hutan memang sulit, pemerintah saja tidak bisa apalagi aku yang baru bisa baca tulis.
    Sumber: Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba
    Butet Manurung
    - +
    +21
  • Pendidikan bukanlah proses alienasi seseorang dari lingkungannya, atau dari potensi alamiah dan bakat bawaannya, melainkan proses pemberdayaan potensi dasar yang alamiah bawaan untuk menjadi benar-benar aktual secara positif bagi dirinya dan sesamanya.
    Butet Manurung
    - +
    +15
  • Kenapa kamu teramat tergantung pada benda-benda aneh ini? Dan mengapa begitu banyak? Harus begitukah hidup orang kota?
    Sumber: Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba
    Butet Manurung
    - +
    +11
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Butet Manurung akan selalu Anda temukan di

Tentang Butet Manurung

Nama aslinya adalah Saur Marlina Manurung, namun lebih dikenal dengan nama Butet Manurung. Lahir di Jakarta, 21 Februari 1972.

Ia merupakan perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia.

Butet Manurung sejak tahun 1999 memilih meninggalkan gemerlap kota untuk memberikan pendidikan bagi warga suku Anak Dalam di pedalaman Provinsi Jambi. Hingga akhirnya ia berhasil memberikan pendidikan bagi 10.000 anak dan orang dewasa anggota suku Anak Dalam di hutan Bukit Duabelas, Jambi, Indonesia.

Atas kegigihannya itu, ia mendapat penghargaan Magsaysay, yang kerap disebut sebagai Hadiah Nobel-nya Asia.

Selain itu ia juga pernah mendapat penghargaan "Man and Biospher" dari UNESCO dan LIPI pada 2001 serta menjadi salah satu pahlawan versi majalah Time pada tahun 2004.