Kata-kata Bijak 1 s/d 16 dari 16.
-
Kereta merangkak pelan, rel pernah terisap cairan keruh, yang setelah mengering hanya menitipkan debu.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Mata lelaki itu selalu bisa menangkap bagaimana kereta menyibak kesuraman waktu, menyalakan lampu lokomotif yang temaram menelan udara kelabu.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Dalam setiap ucapannya yang entah kepada siapa, lelaki itu seperti hendak melakukan ziarah masa lalu, entahlah, apa yang diucapkannya seperti tidak pernah ada, seperti tidak mungkin ada di tempat yang penuh debu pejal seperti sekarang ini.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Malam hari dingin udara menusuk, siang hari panas merasuk, seharian bau badan membusuk.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Seperti ingin menghibur bahwa hidup tak selamanya peluru.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Dan bumi, bagi mereka, seperti tak mau lagi berjabat tangan.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Aroma kematian seperti cuaca kemarau yang tersedak. Dan hujan tak pernah datang, kecuali dalam puisi anak-anak yang sekolahnya telah sempurna terendam.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Ingatan itu mengucur setiap saat dalam pikirannya. Lelaki itu akan selalu punya cara, entah bagaimana, untuk tetap menganggap kota ini masih berbentuk seperti sedia kala.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Sama seperti benda-benda lain di kota ini, rasa kemanusiaan pun telah lama hilang, menjadi debu.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Sekarang ia hanya bisa memandang, tanpa bisa dipandang oleh orang-orang yang berlalu-lalang—ia telah terbungkus debu yang amat berjarak bagi setiap penglihatan.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Di matanya tersimpan ribuan kenangan yang ganjil tentang kota itu.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Aku memilih untuk tinggal, mengumpulkan kembali secercah harapan.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Aroma debu terasa sampai ke hidung, aroma penderitaan terasa sampai ke ubun-ubun.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Bagaimana pun, ingatan akan tetap berjalan, bersama tumpukan kisah yang berkelindan, menebas masa lalu yang tumbuh sewaktu-waktu.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Lelaki itu, masih dengan matanya, menatap kotanya sendiri dengan perasaan yang menggebu, ia seperti berdiri di tapal batas, di sebuah medan yang memisahkan masa depan dengan masa lalu, ia tak lagi bisa bergerak, sekujur tubuhnya kaku, seperti kepedihan yang menahannya selama bertahun-tahun di tempatnya berdiri.
Kota Ingatan― Sungging Raga -
Mengunjungi kota itu seperti mengunjungi detik-detik kematian.
Kota Ingatan― Sungging Raga
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Kota Ingatan dari Sungging Raga akan selalu Anda temukan di JagoKata.com
Lihat semua kata-kata bijak dari Sungging Raga
Buku dari Sungging Raga:
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Pramoedya Ananta Toer
Penulis dari Indonesia 437 -
Tere Liye
Penulis dari Indonesia 409 -
Primadonna Angela
Penulis dari Indonesia 304 -
Boy Candra
Penulis dari Indonesia 298 -
Winna Efendi
Penulis dari Indonesia 282 -
Oscar Wilde
Penulis dari Irlandia 281 -
Orizuka
Penulis dari Indonesia 273 -
Arumi E.
Penulis dari Indonesia 261