Pramoedya Ananta Toer
Penulis dari Indonesia
Hidup: 1925 - 2006
Kategori: Politics | Penulis (Modern) Negara: Indonesia
Lahir: 6 Februari 1925 Meninggal: 29 April 2006
Kata-kata Bijak 1 s/d 16 dari 16.
-
Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata, mata mereka menyeret banjir
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Menyusuri hutan-hutan jati
Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya
Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa
Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota,
Mencipta banjir dari genangan air mataPuisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia, sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Sebenarnya, aku ingin kembali, Ayah
Pulang ke teduh matamu
Berenang di kolam yang kau beri nama rinduPuisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Aku, ingin kembali
Pulang menghitung buah mangga yang ranum di halaman
Memetik tomat di belakang rumah nenek.Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh. Yang tertinggal jarak itu juga-abadi. Di depan sana ufuk yang itu juga-abadi.
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Kota yang tua telah lelah menggigil, sudah lupa bagaimana bermimpi dan bangun pagi
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Aku ingin kembali ke rumah, Ayah
Tapi nasib memanggilku
Seekor kuda sembrani datang, menculikku dari alam mimpi
Membawaku terbang melintasi waktu dan dimensi kata-kataPuisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Tapi jalanan yang jauh, cita-cita yang panjang tak mengizinkanku,
Mereka selalu mengetuk daun pintu saat aku tertidur
Menggaruk-garuk bantal saat aku bermimpiPuisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Hujan ingin bercerai dengan banjir
Tapi kota yang pikun membuatnya bagai cinta sejati dua anak manusiaPuisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Orang-orang datang ke pasar malam, satu persatu, seperti katamu
Berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya rayaPuisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukan dan menggenggamnya dengan tangan-jarak dan ufuk abadi itu
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Aku sebut kampung halaman, ia bilang kampung halaman tak pernah ada
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Aku menyebut pulang, tapi ia selalu menolaknya
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer -
Aku menyebut rumah, tapi ia bilang tak pernah ada rumah
Puisi Untuk Ayah― Pramoedya Ananta Toer
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Puisi Untuk Ayah dari Pramoedya Ananta Toer akan selalu Anda temukan di JagoKata.com
Lihat semua kata-kata bijak dari Pramoedya Ananta Toer
Buku dari Pramoedya Ananta Toer:
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Tere Liye
Penulis dari Indonesia 409 -
Primadonna Angela
Penulis dari Indonesia 304 -
Boy Candra
Penulis dari Indonesia 298 -
Winna Efendi
Penulis dari Indonesia 282 -
Oscar Wilde
Penulis dari Irlandia 281 -
Orizuka
Penulis dari Indonesia 273 -
Arumi E.
Penulis dari Indonesia 261 -
Christian Simamora
Penulis dari Indonesia 259