Kata-kata Bijak dari Puisi Untuk Ayah dari Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer

Penulis dari Indonesia

Hidup: 1925 - 2006

Kategori: Politics | Penulis (Modern) Negara: FlagIndonesia

Lahir: 6 Februari 1925 Meninggal: 29 April 2006

  • Pramoedya Ananta Toer
  • Apa gunanya memaki? Mereka memang anjing. Mereka memang binatang. Dulu bisa mengadu, dulu ada pengadilan. Dulu ada polisi, kalau duit kita dicolong tetangga kita. Apa sekarang? Hakim-hakim, jaksa-jaksa yang sekarang juga nyolong kita punya. Siapa mesti mengadili kalau hakim dan jaksanya sendiri penc
  • Pramoedya Ananta Toer
  • Yang harus malu itu mereka karena mereka takut untuk bekerja. Kau kan kerja. kau tidak boleh malu. Mereka yang harus malu, Tidak berani kerja. Semua orang bekerja, itu adalah mulia. Yang tidak bekerja tidak punya kemuliaan.
  • Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh.
  • Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia.
  • Jangan Tuan terlalu percaya pada pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit-bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya.
  • Mendapat upah karena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri, kan itu dalam seni namanya pelacuran?
  • Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri di tengah-tengah hutan atau samudera masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada
  • Seperti halnya padi, semakin banyak isinya, harusnya semakin merunduk. Bukan semakin mendongak dan tak puas.
  • Barangsiapa muncul di atas masyarakatnya, dia akan selalu menerima tuntutan dari masyarakatnya-masyarakat yang menaikkannya, atau yang membiarkannya naik.... Pohon tinggi dapat banyak angin? Kalau Tuan segan menerima banyak angin, jangan jadi pohon tinggi.
  • Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya .
  • Alam dan manusia telah membikinnya tidak brdaya dalam umur yang baru setengah abad. Sejak meninggalkan kampung halaman dan keluarga ia hanya mengenal penderitaan, tindasan, dan aniaya. Kami hanya dapat menangis dalam hati. Dan itupun tidak berguna. Orang-orang Jepang yang telah menindasnya sampai ia
  • Apa bisa diharapkan dari mereka yang hanya bercita-cita jadi pejabat negeri, sebagai apapun, yang hidupnya hanya penantian datangnya gaji?
  • Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata, mata mereka menyeret banjir
  • Cinta tidak pernah buta. Cinta baginya adalah memberi-memberikan segala-galanya dan berhenti apabila napas berhenti mengembus.
  • Aku tak jadi kaya karena pemberiannya. Mereka pun tak jadi kaya karena pemberianku. Itulah kebijaksanaan.
  • Lagi pula tak ada cinta muncul mendadak, karena dia adalah anak kebudayaan, bukan batu dari langit.
  • Pramoedya Ananta Toer
  • Nilai yang diwariskan oleh kemanusiaan hanya untuk mereka yang mengerti dan membutuhkan. Humaniora memang indah bila diucapkan para mahaguru-indah pula didengar oleh mahasiswa berbakat dan toh menyebalkan bagi mahasiswa-mahasiswa bebal. Berbahagialah kalian, mahasiswa bebal, karena kalian dibenarkan
+17

Kata-kata Bijak 1 s/d 16 dari 16.

  • Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata, mata mereka menyeret banjir
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +32
  • Menyusuri hutan-hutan jati
    Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya
    Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa
    Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota,
    Mencipta banjir dari genangan air mata
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +17
  • Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia, sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +16
  • Sebenarnya, aku ingin kembali, Ayah
    Pulang ke teduh matamu
    Berenang di kolam yang kau beri nama rindu
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +15
  • Aku, ingin kembali
    Pulang menghitung buah mangga yang ranum di halaman
    Memetik tomat di belakang rumah nenek.
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +14
  • Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh. Yang tertinggal jarak itu juga-abadi. Di depan sana ufuk yang itu juga-abadi.
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +9
  • Kota yang tua telah lelah menggigil, sudah lupa bagaimana bermimpi dan bangun pagi
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +6
  • Aku ingin kembali ke rumah, Ayah
    Tapi nasib memanggilku
    Seekor kuda sembrani datang, menculikku dari alam mimpi
    Membawaku terbang melintasi waktu dan dimensi kata-kata
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +5
  • Tapi jalanan yang jauh, cita-cita yang panjang tak mengizinkanku,
    Mereka selalu mengetuk daun pintu saat aku tertidur
    Menggaruk-garuk bantal saat aku bermimpi
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +5
  • Hujan ingin bercerai dengan banjir
    Tapi kota yang pikun membuatnya bagai cinta sejati dua anak manusia
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +4
  • Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +3
  • Orang-orang datang ke pasar malam, satu persatu, seperti katamu
    Berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya raya
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +3
  • Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukan dan menggenggamnya dengan tangan-jarak dan ufuk abadi itu
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +3
  • Aku sebut kampung halaman, ia bilang kampung halaman tak pernah ada
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +2
  • Aku menyebut pulang, tapi ia selalu menolaknya
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +1
  • Aku menyebut rumah, tapi ia bilang tak pernah ada rumah
    Puisi Untuk Ayah
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
     0
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Puisi Untuk Ayah dari Pramoedya Ananta Toer akan selalu Anda temukan di JagoKata.com

Lihat semua kata-kata bijak dari Pramoedya Ananta Toer

Buku dari Pramoedya Ananta Toer: