Kata-kata Bijak 81 s/d 100 dari 1801.
-
Daun yang rapuh takut dengan angin. Karena ia tahu ketika angin berhembus ia akan jatuh.
-
Apa yang paling kamu suka?. Hujan. Mengapa hujan?. Karena hujan selalu turun tanpa peduli omongan orang. Ketika hujan turun, ada orang yang mencaci makinya karena mengganggu harinya, atau membuat cuciannya nggak kering, atau bisa juga karena orang itu takut banjir di daerah rumahnya. Tapi, hujan tetap akan turun karena ia tahu selalu ada orang yang mengingatkan kehadirannya. Entah karena bosan dengan musim kemarau berkepanjangan, atau ingin melihat pelangi sesudahnya. Jadi, aku ingin seperti hujan, tanpa peduli orang yang tidak suka denganku. Aku akan terus hidup dan berkarya. Karena, aku tahu selalu ada orang yang menyayangiku.
Sumber: Rain in Paris 116 -
Sampai berapa lama biasanya kamu sanggup menunggu hujan reda? Sampai aku bisa melihat pelangi.
Sumber: Dongeng Patah Hati -
Di hadapan Tuhan, pendek kata, segala yang merupakan tujuan kita adalah nama kita yang sebenarnya.
-
Waktupun mengurai tetesan hujan menjadi bulir-bulir kenangan. Ia menelusuk tanpa permisi menuju nurani.
Sumber: Distilasi Alkena -
Telah berlalu show politik permainan citra, sebab rakyat sudah terlatih memisah dusta dari kata.
Sumber: Senayan Rasa Baru -
Menulislah dengan kepolosan dan kejujuran hati, serta kesederhanaan pemikiran. Itulah nyawa bagi mata pena dan tinta akan memberikan sikap yang baik bagi kata-kata.
-
Mungkin hati seperti langit yang tak bisa diduga. Tak tahu kapan mendung dan hujan akan datang, tak tahu apa pelangi tengah menanti di balik gelap. Cinta pun demikian. Tak tahu kapan hati akan dihuni seseorang. Tak tahu apakah bahagia ataukah sedih kelak.
Sumber: Dongeng Patah Hati 64 -
Orang bijak berbicara karena mereka mempunyai sesuatu untuk dikatakan, orang bodoh berbicara karena mereka ingin mengatakan sesuatu.
-
Dakwah yang utama bukan berupa kata-kata. Melainkan dari perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah.
― Emha Ainun Nadjib
Seorang seniman, budayawan, penyair, serta intelektual asal Indonesia. (1953 - ) -
Menggenggam kemarahan itu tak ubahnya menggenggam aspal panas di tanganmu untuk dilemparkan ke orang lain; kau sudah terbakar lebih dahulu.
-
Menggenggam kemarahan itu tak ubahnya menggenggam aspal panas di tanganmu untuk dilemparkan ke orang lain; kau sudah terbakar lebih dahulu.
-
Ibu bapak tani—ibu bapak tanah air—akan meratapi putera-puterinya yang terkubur dalam udara terbuka di atas rumput hijau, di bawah naungan langit biru di mana awan putih berarak dan angin bersuling di rumpun bambu. Kemudian tinggallah tulang belulang putih yang bercerita pada musafir lalu, “ Di sini pernah terjadi pertempuran. Dan aku mati di sini.
Sumber: Percikan Revolusi Subuh -
Jika memang hujan itu masalah buatmu, mestinya kau menghadapinya langsung, bukan malah menghindarinya dengan memakai payung. Kau tidak menikmati hidup jika terus lari dari masalah.
Sumber: Milana 42 -
Rumput kecil yang meliuk-liuk karena terpaan angin akan berdiri tegak kembali ketika badai telah usai.
-
Dalam dunia penuh pura-pura, anak muda sibuk memisahkan dusta dari kata.
-
Hidup itu bukan tentang menunggu badai berlalu, tapi tantang bagaimana belajar menari dalam hujan.
Sumber: Dear You 20 -
Maafkan jika senyumku tersembunyi dibalik air mata dan kata-kata mesra menjadi tanpa daya karena terperangkap dalam prasangka.
― Asma Nadia
Penulis dari Indonesia, Pendiri Forum Lingkar Pena dan Manajer Asma Nadia Publishing House (1972 - ) -
Dia yang berbicara tanpa kesopanan akan sulit membuat kata-kata yang baik.
-
Sepi itu pesta jutaan kata, petasan dan kembang api dari cinta yang tak bersambut, Kekasih.
Semua kata bijak dan ucapan terkenal bijak/kata-panas-hujan-angin akan selalu Anda temukan di (halaman 5)