
W.S. Rendra
Penyair dari Indonesia
Hidup: 1935 - 2009
Kategori: Penyair (Modern) Negara: Indonesia
Lahir: 7 Nopember 1935 Meninggal: 6 augustus 2009
Tentang W.S. Rendra
Willibrordus Surendra Broto Rendra atau lebih dikenal dengan nama W.S. Rendra merupakan seorang sastrawan, penyair, penulis puisi serta aktor dari Indonesia. W.S Rendra lahir di Solo, tanggal 7 November 1935 dan meninggal di Depok, Jawa Barat pada tanggal 6 Agustus 2009.
Ayahnya bernama R. Cyprianus Sugeng Brotoatmojo yang merupakan seorang guru bahasa di Solo dan ibunya bernama Raden Ayu Catharina Ismadillah, seorang penari serimpi di Keraton Surakarta Hadiningrat.
Tahun 1967, Rendra mendirikan Bengkel Teater yang bertempat di Yogyakarta, namun Bengkel Teater lalu dipindah ke Depok pada Oktober 1985.
Beberapa karyanya antara lain Orang-Orang di Tikungan Jalan (1954), SEKDA (1977), Mastodon dan Burung Kondor (1972), Ballada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan Sajak), Sajak-Sajak Sepatu Tua, Nyanyian Orang Urakan dan masih banyak lagi karya lainnya.
Beberapa penghargaan berhasil diraihnya antara lain meraih Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tahun 1954, meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN di tahun 1956, meraih Penghargaann Adam Malik di tahun 1989, meraih Penghargaan Achmad Bakri di tahun 2006 dan beberapa penghargaan lainnya.
Buku dari W.S. Rendra
Telusuri kata bijak dari W.S. Rendra yang mengandung salah satu kata berikut:
Kata-kata Bijak 1 s/d 20 dari 73.
-
Bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih? Bahagia karena napas mengalir dan jantung berdetak, sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang.
― W.S. Rendra -
Kesadaran adalah matahari,
Kesabaran adalah bumi,
Keberanian menjadi cakrawala, dan
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.― W.S. Rendra -
Kita tersenyum bukanlah karena sedang bersandiwara. Bukan karena senyuman adalah suatu kedok. Tetapi karena senyuman adalah suatu sikap. Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama, nasib dan kehidupan.
― W.S. Rendra -
Mencintaimu adalah bahagia & sedih;
bahagia karna memilikimu dalam kalbu;
sedih karena kita sering berpisah.― W.S. Rendra -
Apa yang bisa dilakukan oleh penyair bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan?
― W.S. Rendra -
Ada burung, daun, kapuk, angin, dan mungkin juga debu mengendap dalam nyanyiku.
― W.S. Rendra -
Hidup macam apa hidup ini. Di taman yang gelap orang menjual badan, agar mulutnya tersumpal makan.
― W.S. Rendra -
Selama orang-orang sakti masih bersemayam dibawah panji-panji koalisi... Teka-Teki bangsa ini tak akan mampu terbukti.
― W.S. Rendra -
Bukan maut yang menggetarkan hatiku, Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya.
― W.S. Rendra -
Sebuah sangkar besi tidak bisa mengubah rajawali menjadi seekor burung nuri.
― W.S. Rendra -
Hidup dalam khayalan, hidup dalam kenyataan tak ada bedanya. Karena khayalan dinyatakan, dan kenyataan dikhayalkan.
― W.S. Rendra -
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam.
― W.S. Rendra -
Bumi berangkat tidur
duka berangkat hancur
aku tampung kau dalam pelukan tangan rinduNina Bobok bagi Pengantin.
Untuk teks selengkapnya, lihat: www.sepenuhnya.com― W.S. Rendra -
Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet. Dan papan tulis papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan. Apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan?
― W.S. Rendra -
Cintamu padaku tak pernah kusangsikan,
Tapi cinta cuma nomor dua.
Nomor satu carilah keselamatan.― W.S. Rendra -
Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan? Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan?
― W.S. Rendra -
Politik adalah cara merampok dunia. Politik adalah cara menggulingkan kekuasaan, untuk menikmati giliran berkuasa.
― W.S. Rendra -
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.― W.S. Rendra -
Kekayaan melimpah. Kemiskinan melimpah. Darah melimpah. Ludah menyembur dan melimpah.
― W.S. Rendra
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Amir Hamzah
Penyair dari Indonesia 108 -
Lord George Byron
Penyair dari Inggris 71 -
Robert Frost
Penyair dari Amerika Serikat 70 -
Alfred Lord Tennyson
Penyair dari Inggris 56 -
Heinrich Heine
Penyair dari Jerman 56 -
Alexander Pope
Penyair dari Inggris 53 -
Wiji Thukul
Penyair dari Indonesia 48 -
Horatius
Penyair dari Romawi Kuno 46