
Tan Malaka
Aktivis kemerdekaan, filsuf dari Indonesia
Hidup: 1897 - 1949
Kategori: Politics | Filsuf Negara: Indonesia
Lahir: 2 Juni 1897 Meninggal: 19 Februari 1949
Tentang Tan Malaka
Tan Malaka bernama asli Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tan Malaka merupakan nama semi bangsawan yang didapatkan dari garis keturunan ibu. Ayahnya bernama HM. Rasad dan ibunya bernama Rangkayo Sinah.
Ia didaftarkan ke sekolah Kweekschool pada tahun 1908 dan merupakan sosok yang pintar dan cerdas. Tahun 1913, setelah lulus dari sekolah tersebut, Tan Malaka menerima gelar datuk yang diberikan pada sebuah upacara tradisional.
Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 28 Maret 1963 berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 53 yang saat itu ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Dan pada tanggal 21 Februari 2017, jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan dari Kediri ke Sumatera Barat.
Buku dari Tan Malaka
Telusuri kata bijak dari Tan Malaka yang mengandung salah satu kata berikut:
Kata-kata Bijak 1 s/d 20 dari 60.
-
Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi.
― Tan Malaka -
Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.
― Tan Malaka -
Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.
― Tan Malaka -
Berapapun cepatnya kebohongan itu, namun kebenaran akan mengejarnya juga.
― Tan Malaka -
Sejuta kata makanan, tidak akan mengenyangkan.
― Tan Malaka -
Akuilah dengan yang putih bersih, bahwa kamu sanggup dan mesti belajar dari orang Barat. Tapi kamu jangan jadi peniru orang Barat, melainkan seorang murid dari Timur yang cerdas, suka memenuhi kemauan alam dan seterusnya dapat melebihi kepintaran guru-gurunya di Barat.
― Tan Malaka -
Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.
― Tan Malaka -
Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis, seperti mesin.
― Tan Malaka -
Bukan pula dengan maksud memuji atau menghina, saya berani mengatakan bahwa seorang Dayak atau irian-pun, jika berada dalam keadaan sama akan sanggup belajar sampai mencapai apa yang bisa dicapai suku bangsanya yang berada di desa dan di kota. Perbedaan orang Indonesia yang beradab dengan yang sederhana (primitive) bukanlah disebabkan oleh perbedaan sifat dan kesanggupan sebagai manusia, melainkan disebabkan oleh perbedaan sekitar dan keadaan.
― Tan Malaka -
Presiden Soekarno sambil menunjuk, berkata kepada saya lebih kurang seperti berikut: "Kalau saya tiada berdaya lagi, maka kelak pimpinan revolusi akan saya serahkan kepada saudara.
― Tan Malaka -
Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.
― Tan Malaka -
Tidak, tak ada sesuatu program revolusioner yang berarti, jika tak ada pergerakan revolusioner.
― Tan Malaka -
Lapar tak berarti kenyang buat si miskin. Si lapar yang kurus kering tak akan bisa kita kenyangkan dengan kata kenyang saja, walaupun kita ulangi 1001 kali.
― Tan Malaka -
Seperti seekor semut hanyut bergantung pada sepotong rumput yang diayun-ayunkan gelombang.
― Tan Malaka -
Jika kita dalam perjuangan revolusioner tidak mengambil inisiatif duluan, maka lawan mendapatkan keuntungan menguasai kemauan dan perbuatan ktia sehingga kita dipaksa dalam keadaan pasif melumpuhkan.
― Tan Malaka -
Bahwasanya jika kelak Kapital Asing akan terus merajalela di Indonesia, seperti sebelum tahun 1942, maka politik Imperialisme pula yang akan merajalela di Indonesia di hari kemudian.
― Tan Malaka -
Bahwa benda itu adalah satu rantai, satu karma yang merantai hidup kita, hidup sengsara ini.
― Tan Malaka