Kata-kata Bijak 21 s/d 40 dari 84.
-
Namun malam ini ia terlihat berbeda. Ia seperti terlahir kembali sangat bahagia.
Sumber: Penjemput Kesedihan― Risda Nur Widia -
Oleh sebab itu, dengan origami kertas, aku menyampaikan doa-doa dan harapan-harapanku.
Sumber: Obituarium Origami― Risda Nur Widia -
Sebelum aku melarutkan origami-origami itu, aku memeluknya beberapa menit. Aku kemudian dengan pelan-pelan melepaskannya seraya arus air membawa. Air mataku ikut jatuh melihat origami-origami itu menjauh dariku.
Sumber: Obituarium Origami― Risda Nur Widia -
Setangkup sunyi itu merambat di udara, menjerat leher, dan merenggut setiap nyawa.
Sumber: Bunga Kesunyian yang Tumbuh di Jantungmu― Risda Nur Widia -
Setiap hari kami bertualang mengumpulkan kemurungan dan rasa kehilangan pada kuncup-kuncup bunga.
Sumber: Bunga Kesunyian yang Tumbuh di Jantungmu― Risda Nur Widia -
Setiap saat aku hanya dipaksa menunggu sebuah kabar murung yang mungkin saja datang terlambat.
Sumber: Obituarium Origami― Risda Nur Widia -
Tiba-tiba kau ingat sebuah kisah tentang hujan yang diselingi semburat cahaya matahari.
Sumber: Ziarah Para Malaikat― Risda Nur Widia -
Ahh, apakah aku juga dilahirkan seperti sekuntum bunga kesunyian itu? Hidup dari kesedihan dan kenangan muram.
Sumber: Bunga Kesunyian yang Tumbuh di Jantungmu― Risda Nur Widia -
Aku mengumpulkan kenangan dalam setiap tangkai kesuyian; menghirup aromanya yang menggetarkan seraya mengingat-ingat kapan terakhir kali aku merasa bahagia.
Sumber: Bunga Kesunyian yang Tumbuh di Jantungmu― Risda Nur Widia -
Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia yang kusinggahi. Pun apa yang tampak dan sedang berjalan di sini seperti bukan dalam pengertian duniaku.
Sumber: Dua Tokoh Kesedihan yang Diciptakan Haruki Murakami― Risda Nur Widia -
Dan setiap memetik bunga itu, aku merasa seakan sedang mengumpulkan kesedihan demi kesedihan dari ratap dan air mata.
Sumber: Bunga Kesunyian yang Tumbuh di Jantungmu― Risda Nur Widia -
Dunia memang bukan diciptakan untuk orang-orang tua sepertinya.
Sumber: Rinjani: Pada Suatu Hari yang Malas― Risda Nur Widia -
Kau makin terenyak waktu mengetahui sesaat hujan terhenti di pemakaman itu; sedangkan di bagian lain hujan mengempas deras.
Sumber: Ziarah Para Malaikat― Risda Nur Widia -
Lalu hal yang dapat ia lakukan hanya belari. Ia tidak memiliki tujuan saat berlari atau kapan akan berhenti?
Sumber: Seratus Tahun Berlari― Risda Nur Widia -
Malaikat itu telalu cantik untuk menyiksa anak anak!
Sumber: Bocah yang Ingin Melihat Neraka― Risda Nur Widia -
Mereka terus berlari, ke lubang-lubang nasib yang kelam; seperti seorang musafir yang kehilangan rumah dan alasan.
Sumber: Seratus Tahun Berlari― Risda Nur Widia -
Pekik tangis seolah menjadi pemanis kamp setiap hari.
Sumber: Obituarium Origami― Risda Nur Widia -
Sebersit cahaya matahari yang menyeruak diiring gerimis; di sanalah pertanda ada malaikat yang sedang ikut berduka atas suatu kejadian.
Sumber: Ziarah Para Malaikat― Risda Nur Widia -
Sebuah tempat yang dapat membuatnya memiliki alasan untuk pulang; tinggal di dalam dan menghabiskan masa tua hingga malaikat maut mengetuk pintu rumah; menjemput pada batas waktu yang telah ditentukan.
Sumber: Filosofi Rumah― Risda Nur Widia -
Semakin kita berpikir buruk dan menolak energi alam, bertambah tidak teratur energi di tubuh kita.
Sumber: Rinjani: Pada Suatu Hari yang Malas― Risda Nur Widia
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Risda Nur Widia akan selalu Anda temukan di (halaman 2)
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Pramoedya Ananta Toer
Penulis dari Indonesia 437 -
Tere Liye
Penulis dari Indonesia 409 -
Primadonna Angela
Penulis dari Indonesia 304 -
Boy Candra
Penulis dari Indonesia 298 -
Winna Efendi
Penulis dari Indonesia 282 -
Oscar Wilde
Penulis dari Irlandia 281 -
Orizuka
Penulis dari Indonesia 273 -
Arumi E.
Penulis dari Indonesia 261