Kata-kata Bijak dari Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer

Penulis dari Indonesia

Hidup: 1925 - 2006

Kategori: Politics | Penulis (Modern) Negara: FlagIndonesia

Lahir: 6 Februari 1925 Meninggal: 29 April 2006

Kata-kata Bijak 121 s/d 140 dari 437.

  • Lagi pula tak ada cinta muncul mendadak, karena dia adalah anak kebudayaan, bukan batu dari langit.
    Sumber: Bumi Manusia (1980)
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +22
  • Sungguh mengguncangkan mengetahui adanya sejumlah orang yang sejak perawan remaja sampai jadi nenek tetap terbelenggu oleh perbuatan keji balatentara Jepang. Di masa kemajuan tekhnologi semaju sekarang ini.
    Sumber: Perawan Dalam Cengkeraman Militer
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +22
  • Walaupun manusia itu lahir tidak atas kemauannya sendiri, tapi aturan-aturan dari sistem belum tentu sesuai dengan individu. Maka dari itu, saya berpendapat bahwa demokrasi, seberapapun jeleknya ia sebagai sistem, tetap lebih baik dari komunisme. Manusia memiliki hak untuk bicara, juga ketika yang diungkapkannya keliru. Kalau hal itu terjadi, yang lain akan mengoreksinya.
    Sumber: Saya Ingin Lihat Semua Ini berakhir (2008) 142
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +22
  • Berbahagialah mereka yang bodoh, karena mereka kurang menderita. Berbahagialah juga kanak-kanak yang belum membutuhkan pengetahuan untuk dapat mengerti.
    Sumber: Jejak Langkah (1985)
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +21
  • Kau harus selalu kelihatan cantik, Nyai. Muka yang kusut dan pakaian berantakan juga pencerminan perusahaan yang kusut-berantakan, tak dapat dipercaya.
    Sumber: Bumi Manusia
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +21
  • Pribumi Hindia sangat sederhana. Takkan ada perang yang bakal mereka menangkan. Apa arti parang dan tombak di hadapan senapan dan meriam?
    Sumber: Bumi Manusia
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +21
  • Sahabat dalam kesulitan adalah sahabat dalam segala-galanya. Jangan sepelekan persahabatan. Kehebatannya lebih besar daripada panasnya permusuhan.
    Sumber: Anak semua bangsa
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +21
  • Di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana.
    Sumber: Bukan Pasarmalam
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +20
  • Laut tetap kaya takkan kurang, cuma hati dan budi manusia semakin dangkal dan miskin.
    Sumber: Gadis Pantai
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +20
  • Pada setiap awal pertumbuhan, katanya, semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri.
    Sumber: Bumi Manusia
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +20
  • Berbahagialah dia yang tak tahu sesuatu. Pengetahuan, perbandingan, membuat orang tahu tempatnya sendiri, dan tempat orang lain,gelisah dalam alam perbandingan.
    Sumber: Jejak Langkah (1985)
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +19
  • Indahnya dunia ini jika pemuda masih tahu perjuangan!
    Sumber: Larasati
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +19
  • Kepengarangan yang memiliki faal (perbuatan) sosial pada gilirannya harus pula bersambung dengan pers yang progesif.
    Sumber: Panggil Aku Kartini Saja
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +19
  • Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka mati sekali daripada berkali-kali.
    Sumber: Rumah Kaca (1988) , h. 443
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +19
  • Saya ini kagum kepada Bung Karno. Ia sanggup melahirkan nation, bukan bangsa, tanpa meneteskan darah. Mungkin dia satu-satunya, atau paling tidak satu di antara yang sangat sedikit. Kelahiran nation itu biasanya, dimana saja, mandi darah.
    Sumber: Suara Independen no.3/I: Augustus 1995
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +19
  • Bagaimana bisa manusia hanya ditimbang dari surat-surat resmi belaka, dan tidak dari wujudnya sebagai manusia?
    Sumber: Bumi Manusia
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +18
  • Nilai yang diwariskan oleh kemanusiaan hanya untuk mereka yang mengerti dan membutuhkan. Humaniora memang indah bila diucapkan para mahaguru-indah pula didengar oleh mahasiswa berbakat dan toh menyebalkan bagi mahasiswa-mahasiswa bebal. Berbahagialah kalian, mahasiswa bebal, karena kalian dibenarkan berbuat segala-galanya.
    Sumber: Rumah Kaca (1988)
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +18
  • Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh.
    Sumber: Jejak Langkah (1985)
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +18
  • Tak ada orang yang tak suka pada pujian. Kalau orang merasa terhina karena dipuji, tandanya orang itu berhati culas.
    Sumber: Bumi Manusia
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +18
  • Bakal jadi apa kau ini kalau aku tidak sanggup bersikap keras? Terhadap siapa saja. Dalam hal ini biar cuma aku yang jadi kurban, sudah kurelakan jadi budak belian. Kaulah yang terlalu lemah, Ann, berbelas kasihan tidak pada tempatnya.
    Sumber: Bumi Manusia
    Pramoedya Ananta Toer
    - +
    +17
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Pramoedya Ananta Toer akan selalu Anda temukan di (halaman 7)

Tentang Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya dilahirkan di Blora pada tahun 1925 di jantung pulau jawa di sebelah timur Pulau Sumatera, sebagai anak sulung dalam keluarganya.

Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya seorang penjual nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya.

Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.