Tentang Moammar Emka
Moammmar Emka, dikenal sebagai seorang penulis yang lahir di Tuban, Jawa Timur, pada 13 Februari 1974. Karya monumentalnya berjudul Jakarta Undercover, yang menceritakan sisi gelap kehidupan seks 'liar' yang ada di kota Jakarta yang kemudian diangkat kedalam cerita film layar lebar.
Buku berjudul Jakarta Undercover, menjadi buku terlarisnya dan telah dicetak ulang sebanyak 35 kali. Selain itu juga dilakukan gubahan dalam bentuk bahasa Inggris dan di pasarkan di kota-kota besar Asia, yang juga telah dilakukan cetak ulang.
Buku karya Emka yang lain adalah In Bed with Models, yang dirilis akhir Juli 2006 lalu, juga telah mengalami cetak ulang. Buku ini berkisah tentang lika-liku sisi gelap para selebriti Indonesia dalam mencari 'pendapatan tambahan' dengan 'menceburkan diri' dalam transaksi seks kelas atas.
Dalam menulis buku, Emka mengaku melakukan investigasi mendalam bertahun-tahun dengan berbagai metode, termasuk dengan pendekatan personal, clubbing, nongkrong bareng, curhat sampai mewawancarai sejumlah lelaki berduit yang pernah berkencan dengan para artis.
Emka kembali meluncurkan buku terbarunya. 24 Maret 2009 yang berjudul Tumpang Tindih. Di buku terbarunya ini, Emka memaparkan isu yang lebih global dalam urusan esek–esek dengan wilayah lebih luas tidak sekedar di Jakarta, tapi juga kota besar lain serta beberapa negara. Dalam kurun 15 tahun Emka telah merilis sebanyak 30 buku, Selain menjadi penulis, Emka juga menjadi kontributor lepas di sejumlah media cetak dan nara sumber di sejumlah program televisi.
Buku dari Moammar Emka
Telusuri kata bijak dari Moammar Emka yang mengandung salah satu kata berikut:
Kata-kata Bijak 1 s/d 20 dari 132.
-
Bermalam-malam aku mencarimu, di antara potongan mimpi yang menyergap gelisah tidurku. Dalam doa aku berharap sebuah takdir dipertemukan akan datang suatu ketika. Entah dimana, entah kapan masanya.
― Moammar Emka -
Aku mencintaimu dengan sadar dan akan terus mencintaimu dengan sabar.
― Moammar Emka -
Bertahan melawan logika aku masih mampu. Setengah gila mengingkari perasaanku, tersudutku tanpa ampun. Maaf aku tak mampu.
― Moammar Emka -
Yang tersisa, mungkin hanya rindu yang mengulum waras logika. Ada padamu, kunanti sekaligus kubenci.
― Moammar Emka -
Karena kata hanya perantara, tak bisa seutuhnya. Biarkan rasa yang bicara dari kedalamannya, detik ini. Masih. Rindu ini, untukmu.
― Moammar Emka -
Di batas lelah yang setia menciumi gundah dalam alurnya, sepertinya harus kutiadakan mimpi indah malam ini. Dan, pasrah pada rujukannya.
― Moammar Emka -
Aku hanyalah kunang-kunang dan engkau hanyalah senja. Saat gelap kita berbagi. Saat gelap kita abadi.
― Moammar Emka -
Percuma, bergeming pun tidak. Lelahku kini melampaui batas logika, tapi tetap saja sia-sia. Kau selalu di sini, di hatiku, menggerogoti kalbu dengan rindu.
― Moammar Emka -
Karena hanya mimpi yang bisa mengingkari kenyataan. Mari menguras rindu tanpa belas kasihan. Selamat malam.
― Moammar Emka -
Hidup itu bukan tentang menunggu badai berlalu, tapi tantang bagaimana belajar menari dalam hujan.
― Moammar Emka -
Inikah Rindu yang Tak Berdaya?
Rasakan perih teriknya rindu membakar keterpisahan. Sekelebat merupakan perawan rupawan, ternyata sekedar bianglala siang.
Dari pantulan kaca di gedung-gedung pencakar langit, wajahmu adalah fatamorgana sempurna, dan tak berdayaku membingkainya.
Rinduku sekarat menunggu tiba persenggamaan mata. Datanglah seutuhnya, bukan serpihan fatamorgana. Entah kapan masanya.― Moammar Emka -
Serta merta pilu memijar di antara bekap sunyi nalarku. Rindu ini memang sialan.
― Moammar Emka -
Hanya mendung temaniku memungut serpihan cintamu yang mulai menghilang ditelan senjakala.
― Moammar Emka -
Jangan biarkan sedih menjangkau matamu. Semoga hujan menghapus jejak lelahmu. Dan tidurlah dalam buaian napas yang mengelopak bunga. Tanda retak sedikit pun sampai lembut pagi menyapa.
― Moammar Emka -
Di lipatan pagi, aku menanti. Datanglah di pangkuanku meskipun sebatas basah embun.
― Moammar Emka -
Di kilometer tanpa nama, tiba-tiba kuingat segalamu. Menghasut getar, menampar nalar, dan tepikan ingkar. Lalu terbitlah rindu.
― Moammar Emka -
Rindu kesumat, merajalela di batas angkuh yang mengunci bibir untuk bertanya tentangmu, apakah kau mengecap rasa yang sama? Andai saja.
― Moammar Emka -
Rindu itu sunyi cuma kamu yang bisa meramaikannya. Rindu itu api, cuma kamu yang mampu memadamkannya. Rindu itu semena-mena, begitu terantuk di matamu, tak mau lari kemana-mana.
― Moammar Emka -
Tidak peduli seberapa lemah getar itu menyisir kalam hatiku. Aku hanya tahu ada rindu yang kujaga untukmu.
― Moammar Emka -
Gelisah, menampar tak basah pada senja yang bergeromis. Begitu keringkah ladang pertautan kita hingga tunas harapan enggan tumbuh lagi.
― Moammar Emka
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Pramoedya Ananta Toer
Penulis dari Indonesia 437 -
Tere Liye
Penulis dari Indonesia 409 -
Primadonna Angela
Penulis dari Indonesia 304 -
Boy Candra
Penulis dari Indonesia 298 -
Winna Efendi
Penulis dari Indonesia 282 -
Oscar Wilde
Penulis dari Irlandia 281 -
Orizuka
Penulis dari Indonesia 273 -
Arumi E.
Penulis dari Indonesia 261