
M. Aan Mansyur
Penyair, Penulis dari Indonesia
Hidup: 1982 -
Kategori: Penulis (Modern) | Penyair (Modern) Negara: Indonesia
Lahir: 14 Januari 1982
Tentang M. Aan Mansyur
M. Aan Mansyur merupakan seorang penyair dan penulis muda kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 14 Januari 1982.
Buku-buku puisi karyanya antara lain Kukila (2012), Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia (2014) serta Melihat Api Bekerja (2015).
M. Aan Mansyur juga menulis puisi untuk film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2).
Buku dari M. Aan Mansyur
Kata-kata Bijak 1 s/d 17 dari 17.
-
Masa lalu tidak pernah hilang. Ia ada tetapi tidak tahu jalan pulang. Untuk itu ia menitipkan surat-kadang kepada sesuatu yang tidak kita duga. Kita menyebutnya kenangan.
― M. Aan Mansyur -
Setiap orang adalah lukisan, jika tak membiarkan
diri terperangkap bingkai.― M. Aan Mansyur -
Mantan kekasih persis seperti utang, kita tidak pernah betul-betul melupakannya. Kita hanya selalu pura-pura melupakannya.
― M. Aan Mansyur -
Aku
mencintai kemalasanku dan ingin melakukannya
selalu.― M. Aan Mansyur -
Aku bercakap dengan kau
dan seorang lain di dalam kau.
aku ingin mengenal dia, orang
yang tinggal di dalam kau.― M. Aan Mansyur -
Waktu, umpama, sebelum terkutuk jadi
kalender atau jam dinding yang ketagihan
mengulang hidup dan tidak menyelesaikannya.― M. Aan Mansyur -
Kenangan, barangkali seperti perasaan sehelai kertas ketika seseorang menulis atau menggambar pohon atasnya. Ia tidak ubahnya sehelai kertas dengan gambar penuh pohon.
Kukila 55― M. Aan Mansyur -
Rasa malu dan rasa bersalah ternyata seperti pohon jika disimpan. Mereka akan tambah tumbuh dan kian susah dicabut. Kini rasa bersalah itu selebat hutan.
Kukila 167― M. Aan Mansyur -
Sebab Tuhan mencintai orang yang baik hati, ia dipanggil pulang lebih lekas.
Kukila 105― M. Aan Mansyur -
Ibu, setiap anak di dunia ini meyakini satu hal dalam dirinya: apa pun yang terjadi, seorang ibu selalu memiliki gudang yang menyimpan persediaan maaf.
Kukila 51― M. Aan Mansyur -
Lebaran selalu membawa orang-orang pulang. Pulang melihat semua yang telah berubah dan membuat desanya semakin buruk.
Kukila 150― M. Aan Mansyur -
Bagiku, mama adalah surat cinta yang tidak berhenti dikirimkan kepadaku. Aku berharap bisa jadi surat cinta balasan bagi mama, meskipun aku tahu balasanku tidak akan pernah mampu setimpal.
― M. Aan Mansyur -
Kau harus tahu lupa adalah lahan subur kenangan-kenangan. Biarkan ia mengalir seumpama sungai. Saatnya akan tiba, kau akan betul-betul lupa.
Kukila 10― M. Aan Mansyur -
Kelak, jika ada yang bertanya kenapa kita berpisah, tapi semoga tidak berpisah, katakan saja kita seperti anjing dan kucing.
Kukila 180― M. Aan Mansyur