Kata-kata Bijak dari Emha Ainun Nadjib

Emha Ainun Nadjib

Emha Ainun Nadjib

Seorang seniman, budayawan, penyair, serta intelektual asal Indonesia.

Hidup: 1953 -

Kategori: Penulis (Modern) | Penyair (Modern) Negara: FlagIndonesia

Lahir: 27 Mei 1953

Kata-kata Bijak 61 s/d 76 dari 76.

  • Hidup ini sangat luas dan dimensi-dimensi persoalannya tak terhingga, untuk itu diperlukan bukan sekadar wawasan yang luas dan pengetahuan yang terus dicari melainkan juga kearifan dan sikap luhur yang konsisten dari hari ke hari.
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +46
  • Masih tersediakah peluang di dalam kerendahan hati kita untuk mencari apapun saja yang kira-kira kita perlukan meskipun barang kali menyakitkan diri kita sendiri?
    Sumber: MENYORONG REMBULAN DAN MATAHARI BERKABUT
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +45
  • Kalau saya datang dengan berpakaian gamis dan sorban, memang tidak ada salahnya. Cuman saya takut semua orang akan berkesimpulan bahwa saya lebih pandai daripada yang lain. Lebih parah lagi, kalau mereka berkesimpulan bahwa saya lebih alim. Kalau itu tidak benar, itu kan namanya 'penipuan'!
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +40
  • Kearifan-kearifan agama harus diterjemahkan ke dalam sistem nilai pengelolaan sejarah, kebudayaan dan peradabannya.
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +40
  • Belajarlah membedakan mana kemuliaan dan mana kehinaan, amatilah mana orang yang luhur dan mana yang hina, mana yang derajatnya tinggi dan mana yang rendah.
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +35
  • Tuhan mengajarkan kreatifitas terlebih dahulu.
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +35
  • Kalau sama Tuhan kita harus 100%, kalau kepada ilmu kita, cukup 99%. Seluruh yang saya ketahui dan yakini benar itu belum tentu benar. Maka saya tidak mempertahankan yang saya yakini benar karena mungkin mendapatkan ilmu yang lebih tinggi.
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +34
  • Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang.
    Sumber: Tahajjud cintaku
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +33
  • Peraturan dan undang-undang tidak slalu sama dengan keadilan, ia bahkan bisa saja bertentangan denganprinsip keadilan. Undang-undang memiliki relativitasnya sendiri dan tidak mutlak sebagaimana firman Tuhan.
    Sumber: Markesot Bertutur
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +32
  • Tuhan tidak bertanya padamu apakah kamu mampu menolong mbambung atau tidak, tapi melihat apakah kamu mencintai orang lemah atau tidak.
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +31
  • Anda tidak boleh mendewakan saya, me-Muhammad-kan saya, meng-habib-kan saya, karena saya adalah saya karena Allah menjadikan saya sebagai saya dan tidak karena yang lain. Maka Anda obyektif saja sama saya.
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +27
  • Semalam batok kepalaku pecah; Dipukul orang dari belakang; Tatkala bangun di pagi merekah; Hatiku telah memaafkan.
    Sumber: Doa Mohon Kutukan : Hati Semesta
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +22
  • Betapa Tuhan serasa hati ini; Dicacah dilukai berulangkali;Berdarah-darah dan mati beribu kali; Esok terbit jadi matahari.
    Sumber: Doa Mohon Kutukan : Hati Semesta
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +21
  • Kepala negara hingga kuli mengincar; Menjebak dan mencuri hidupmu; Namun betapa ajaib sesudah siuman; Kau percaya lagi.
    Sumber: Doa Mohon Kutukan : Hati Semesta
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +19
  • Hati bermuatan seribu alam semesta; Dindingnya keremangan; Kalau kau keliru sapa; Ia berlagak jadi batu seonggokan.
    Sumber: Doa Mohon Kutukan : Hati Semesta
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +11
  • Betapa dahsyat penciptaan hati; Bagai Tuhan itu sendiri; Oleh apa pun tak terwakili: Ia adalah Ia sendiri.
    Sumber: Doa Mohon Kutukan : Hati Semesta
    Emha Ainun Nadjib
    - +
    +9
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Emha Ainun Nadjib akan selalu Anda temukan di (halaman 4)

Tentang Emha Ainun Nadjib

Nama lengkapnya adalah Muhammad Ainun Nadjib dikenal pula dengan nama Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun. Lahir di Jombang, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 1953.

Cak Nun belajar sastra pada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius, dengan merantau di Malioboro, Yogyakarta antara tahun 1970-1975.

Ia pun gemar menekuni beberapa pementasan teater yang berhasil digelarnya. Cak Nun juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).