Buku dari Eka Dianta BR Perangin-Angin
Kata-kata Bijak 1 s/d 8 dari 8.
-
Tak kutemukan lagi pemandangan yang akrab di mata kanak-kanakku dulu: lapangan sepak bola yang selalu berlumpur kala hujan, jalan berbatu-batu, serta kawat-kawat jemuran yang saling silang di depan setiap rumah.
― Eka Dianta BR Perangin-Angin -
Aku menunduk, memandangi kaki ayahku yang entah bagaimana, terlihat menyatu dengan warna lantai dapur ini. Kaki itu lalu menggosok-gosok tanah dengan pelan, seolah menyapanya.
― Eka Dianta BR Perangin-Angin -
Di sanalah mengalir cinta, peluh, bahkan darah dalam perjuangan hidupnya. Semua menyatu, seiring waktu mengkristal menjadi kenangan.
― Eka Dianta BR Perangin-Angin -
Rumah-rumah reyot yang dulu tampak tak lebih dari tumpukan sampah itu berubah menjadi kompleks perumahan dalam waktu singkat, seolah disulap dalam satu kedipan mata.
― Eka Dianta BR Perangin-Angin -
Tidak perlu khawatir. Ayah tak akan kesepian. Ayah bisa men dengarkan radio atau menonton televisi.
― Eka Dianta BR Perangin-Angin -
Bagaimana pun, rumah abadi kita adalah tanah. Tubuh ini pun terbuat dari tanah.
― Eka Dianta BR Perangin-Angin -
Dapat kutebak bahwa ayah masih belum mengubah pendiriannya.
― Eka Dianta BR Perangin-Angin
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Eka Dianta BR Perangin-Angin akan selalu Anda temukan di JagoKata.com
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Pramoedya Ananta Toer
Penulis dari Indonesia 437 -
Tere Liye
Penulis dari Indonesia 409 -
Primadonna Angela
Penulis dari Indonesia 304 -
Boy Candra
Penulis dari Indonesia 298 -
Winna Efendi
Penulis dari Indonesia 282 -
Oscar Wilde
Penulis dari Irlandia 281 -
Orizuka
Penulis dari Indonesia 273 -
Arumi E.
Penulis dari Indonesia 261