Kata-kata Bijak dari Dwitasari

Dwitasari

Dwitasari

Penulis dari Indonesia

Hidup: 1994 -

Kategori: Penulis (Modern) Negara: FlagIndonesia

  • Aku mulai mencintainya, tapi takut segalanya berubah dengan cepat jika aku menuntut status dan kejelasan. Aku begitu nyaman, bahkan dalam keadaan yang tidak jelas dan tanpa status seperti ini. Aku tak ingin segalanya berubah dengan cepat karena dia sudah menjadi zona nyaman bagiku. Tak ingin kupergi
  • Aku merasa seperti dilemparkan waktu untuk kembali ke masa lalu, saat cinta masih begitu tulus dan tanpa tuntutan, saat cinta tak butuh pengungkapan, tapi cukup dengan tindakan, bukan sekedar perkataan.
  • Sebenarnya, aku berbohong. Aku selalu takut kehilangan dia, sosok yang belum benar-benar kumiliki. Aku tak selalu di sampingnya, tak selalu bertukar kabar dengannya, tapi rindu seperti punya kendali khusus. Aku tidak bisa menolak untuk tidak mencintai dan merindukannya.
  • Tanggapan itu membuatku semakin berharap. Sepertinya, dia juga punya perasaan yang sama denganku, tapi aku masih berusaha diam. Aku masih jatuh cinta diam-diam. Bagiku, tak mungkin seorang cewek mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Tak mungkin aku berkata cinta kepadanya lebih dulu. Aku hanya menun
  • Begitu kuat. Begitu dalam. Sampai saya tak temukan lagi alasan, mengapa harus kamu yang saya cinta?
  • Ah, betapa melupakan sungguh sangat sulit, meskipun aku begitu yakin telah mengikhlaskan.
  • Kenangan cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. Itulah saat cinta benar-benar menemukan ketulusannya, saat cinta menjelma menjadi bagian yang membawa energi positif bagi seseorang. Sayangnya, tak semua cinta pertama berakhir bahagia. Ada yang dipendam dalam diam, ada juga yang tertahan karena m
  • Aku mencintainya, cinta yang berusaha kusembunyikan dalam setiap sikap dinginku.
  • Beberapa saat kemudian, rasa bimbangku punah. Aku tak jadi melakukan hal itu. Aku tak layak mengungkapkan perasaanku yang telah tumbuh dan semakin tumbuh. Aku mengurungkan keinginanku untuk menegur dan menyapanya. Biarlah semua cinta tetap ada walaupun terjebak dalam diam. Cincin yang melingkar di j
  • Keinginanku untuk mengungkapkan perasaan kembali lumpuh dan patah. Aku belum berani mengungkapkan rasa, aku memilih jatuh cinta diam-diam. Dalam keadaan menyembunyikan perasaan seperti ini, aku tetap bahagia. Kebahagiaan itu sulit kujelaskan. Ruang untuk mencintainya semakin besar dan aku tak menger
  • Mereka ingin menjawab pertanyaan yang selama ini masih menggantung, apakah perbedaan agama tak layak disatukan dengan cinta?
  • Matanya berbinar terang dan wajahya terlihat sangat bahagia. Perempuan yang tangannya terus dia genggam itu juga ikut bahagia. Sekarang aku tak tahu apakah aku harus tersenyum senang atau menunjukkan perasaan sedihku?
  • Dialah matahari yang menghapus mendungku selama ini.
  • Kita terlalu egois untuk menyatakan perasaan, sama-sama bertahan dengan anggapan masing-masing, dan nggak tahu yang sebenarnya terjadi.
  • It’s okay, yang pertama selalu full of shit, kok. Itulah makanya lebih baik kita menikah dengan cinta terakhir daripada cinta pertama.
  • Mungkin ini cinta atau ketertarikan sesaat. Aku tak tahu. Aku hanya merasa menemukan sosok yang berbeda. Laki-laki yang tidak seperti ayahku. Laki-laki yang bersusah payah demi melindungi perempuan.
  • Kurasa tak ada yang perlu lagi untuk dijelaskan. Seberapa panjang kata yang kulontarkan belum tentu membuatnya paham. Aku diam.
  • Aku selalu jadi pendengar yang baik, juga penonton yang tak banyak mengeluh.
  • Aku tak tahu bagaimana perasaannya terhadapku. Aku tak boleh tergesa-gesa menyebut segalanya adalah cinta. Cinta bukan sepaket perkenalan yang terbentuk tanpa proses. Semua harus butuh proses. Tapi, bukankah aku dan dia memang sedang dalam proses?
  • Dia datang pada saat yang tepat, saat hatiku hampir terkunci rapat. Aku memang sedang membutuhkan laki-laki humoris yang tak akan lagi membuatku menangis. Sosok itu kutemukan dalam dirinya.
+17

Kata-kata Bijak 1 s/d 20 dari 83.

  • Aku mulai mencintainya, tapi takut segalanya berubah dengan cepat jika aku menuntut status dan kejelasan. Aku begitu nyaman, bahkan dalam keadaan yang tidak jelas dan tanpa status seperti ini. Aku tak ingin segalanya berubah dengan cepat karena dia sudah menjadi zona nyaman bagiku. Tak ingin kupergi menjauh. Aku hanya ingin dekat, terus dekat, semakin dekat.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 192
    Dwitasari
    - +
    +169
  • Dia yang selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkannya, dia yang sering membuatku tertawa dalam hati ketika mengingat percakapan bersamanya, dia yang membuat jantungku berdebar cepat saat kurangkai tatapan matanya yang hangat di dalam benakku.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 143
    Dwitasari
    - +
    +127
  • Aku merasa seperti dilemparkan waktu untuk kembali ke masa lalu, saat cinta masih begitu tulus dan tanpa tuntutan, saat cinta tak butuh pengungkapan, tapi cukup dengan tindakan, bukan sekedar perkataan.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 161
    Dwitasari
    - +
    +126
  • Sebenarnya, aku berbohong. Aku selalu takut kehilangan dia, sosok yang belum benar-benar kumiliki. Aku tak selalu di sampingnya, tak selalu bertukar kabar dengannya, tapi rindu seperti punya kendali khusus. Aku tidak bisa menolak untuk tidak mencintai dan merindukannya.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 145
    Dwitasari
    - +
    +107
  • Tanggapan itu membuatku semakin berharap. Sepertinya, dia juga punya perasaan yang sama denganku, tapi aku masih berusaha diam. Aku masih jatuh cinta diam-diam. Bagiku, tak mungkin seorang cewek mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Tak mungkin aku berkata cinta kepadanya lebih dulu. Aku hanya menunggu isyarat darinya, menunggu pertanda suatu saat pasti menjadi nyata.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 192
    Dwitasari
    - +
    +105
  • Begitu kuat. Begitu dalam. Sampai saya tak temukan lagi alasan, mengapa harus kamu yang saya cinta?
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 101
    Dwitasari
    - +
    +102
  • Ah, betapa melupakan sungguh sangat sulit, meskipun aku begitu yakin telah mengikhlaskan.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 162
    Dwitasari
    - +
    +91
  • Kenangan cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. Itulah saat cinta benar-benar menemukan ketulusannya, saat cinta menjelma menjadi bagian yang membawa energi positif bagi seseorang. Sayangnya, tak semua cinta pertama berakhir bahagia. Ada yang dipendam dalam diam, ada juga yang tertahan karena malu untuk diungkapkan. Aku pasti bukan orang pertama yang hanya mampu memendam dan terus diam.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 162
    Dwitasari
    - +
    +90
  • Dia berganti-ganti pasangan semudah mengganti batang rokok yang mulai memendek dengan batang rokok baru yang lebih panjang.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 24
    Dwitasari
    - +
    +79
  • Aku mencintainya, cinta yang berusaha kusembunyikan dalam setiap sikap dinginku.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 25
    Dwitasari
    - +
    +75
  • Beberapa saat kemudian, rasa bimbangku punah. Aku tak jadi melakukan hal itu. Aku tak layak mengungkapkan perasaanku yang telah tumbuh dan semakin tumbuh. Aku mengurungkan keinginanku untuk menegur dan menyapanya. Biarlah semua cinta tetap ada walaupun terjebak dalam diam. Cincin yang melingkar di jari manis tangan kanannya sudah cukup membuat aku mengerti.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 57
    Dwitasari
    - +
    +72
  • Rasa lelahku saja berangsur sembuh ketika kutatap matanya yang bening. Namun, tajamnya tatapan itu juga selalu membuat jantungku tertusuk dengan amarah yang sebenarnya tak kupahami.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 2
    Dwitasari
    - +
    +64
  • Keinginanku untuk mengungkapkan perasaan kembali lumpuh dan patah. Aku belum berani mengungkapkan rasa, aku memilih jatuh cinta diam-diam. Dalam keadaan menyembunyikan perasaan seperti ini, aku tetap bahagia. Kebahagiaan itu sulit kujelaskan. Ruang untuk mencintainya semakin besar dan aku tak mengerti mengapa sampai saat ini aku belum benar-benar berhasil menggapainya. Mungkinkah dia terlalu tinggi untukku? Apakah dia terlalu sempurna untuk kugenggam?
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 146
    Dwitasari
    - +
    +58
  • Perasaan rindu yang terpendam bertahun-tahun ini tak meledak bagai petasan lebaran atau berkoar seperti terompet milih supporter.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 161
    Dwitasari
    - +
    +52
  • Aku bingung, kita mau berjalan ke arah mana. Nampaknya semua arah adalah arah yang salah.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 119
    Dwitasari
    - +
    +49
  • Di bahuku dia tersenyum haru. Di bahunya hatiku menangis pilu. Mungkin, lain kali, pada pelukan entah yang ke berapa, aku akan mengatakan aku mencintainya.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 13
    Dwitasari
    - +
    +44
  • Mereka ingin menjawab pertanyaan yang selama ini masih menggantung, apakah perbedaan agama tak layak disatukan dengan cinta?
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 119
    Dwitasari
    - +
    +44
  • Seandainya dia tahu, sakitnya bukanlah sakit yang paling sakit. Ketika berada di dekatnya, aku tak bisa menyatakan perasaanku. Aku hanya pria yang senang menunggu, selalu menunggu, dan mengharapkan dia datang. Terlalu tinggikah harapan seperti itu?
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 12
    Dwitasari
    - +
    +38
  • Akan sulit bertindak seperti biasa ketika seorang gadis duduk berdekatan dengan pemuda yang membuat debaran jantungnya berdetak tak karuan. Apalagi jika pemuda itu mirip dengan seseorang yang seharusnya dilupakan.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 130
    Dwitasari
    - +
    +36
  • Aku dan dia pernah membangun mimpi bersama. Kami akan mewujudkan mimpi itu bersama juga, kan? Iya, seharusnya.
    Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 196
    Dwitasari
    - +
    +35
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Dwitasari akan selalu Anda temukan di