Kata-kata Bijak 1 s/d 20 dari 83.
-
Aku mulai mencintainya, tapi takut segalanya berubah dengan cepat jika aku menuntut status dan kejelasan. Aku begitu nyaman, bahkan dalam keadaan yang tidak jelas dan tanpa status seperti ini. Aku tak ingin segalanya berubah dengan cepat karena dia sudah menjadi zona nyaman bagiku. Tak ingin kupergi menjauh. Aku hanya ingin dekat, terus dekat, semakin dekat.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 192― Dwitasari -
Dia yang selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkannya, dia yang sering membuatku tertawa dalam hati ketika mengingat percakapan bersamanya, dia yang membuat jantungku berdebar cepat saat kurangkai tatapan matanya yang hangat di dalam benakku.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 143― Dwitasari -
Aku merasa seperti dilemparkan waktu untuk kembali ke masa lalu, saat cinta masih begitu tulus dan tanpa tuntutan, saat cinta tak butuh pengungkapan, tapi cukup dengan tindakan, bukan sekedar perkataan.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 161― Dwitasari -
Sebenarnya, aku berbohong. Aku selalu takut kehilangan dia, sosok yang belum benar-benar kumiliki. Aku tak selalu di sampingnya, tak selalu bertukar kabar dengannya, tapi rindu seperti punya kendali khusus. Aku tidak bisa menolak untuk tidak mencintai dan merindukannya.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 145― Dwitasari -
Tanggapan itu membuatku semakin berharap. Sepertinya, dia juga punya perasaan yang sama denganku, tapi aku masih berusaha diam. Aku masih jatuh cinta diam-diam. Bagiku, tak mungkin seorang cewek mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Tak mungkin aku berkata cinta kepadanya lebih dulu. Aku hanya menunggu isyarat darinya, menunggu pertanda suatu saat pasti menjadi nyata.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 192― Dwitasari -
Begitu kuat. Begitu dalam. Sampai saya tak temukan lagi alasan, mengapa harus kamu yang saya cinta?
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 101― Dwitasari -
Ah, betapa melupakan sungguh sangat sulit, meskipun aku begitu yakin telah mengikhlaskan.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 162― Dwitasari -
Kenangan cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. Itulah saat cinta benar-benar menemukan ketulusannya, saat cinta menjelma menjadi bagian yang membawa energi positif bagi seseorang. Sayangnya, tak semua cinta pertama berakhir bahagia. Ada yang dipendam dalam diam, ada juga yang tertahan karena malu untuk diungkapkan. Aku pasti bukan orang pertama yang hanya mampu memendam dan terus diam.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 162― Dwitasari -
Dia berganti-ganti pasangan semudah mengganti batang rokok yang mulai memendek dengan batang rokok baru yang lebih panjang.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 24― Dwitasari -
Aku mencintainya, cinta yang berusaha kusembunyikan dalam setiap sikap dinginku.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 25― Dwitasari -
Beberapa saat kemudian, rasa bimbangku punah. Aku tak jadi melakukan hal itu. Aku tak layak mengungkapkan perasaanku yang telah tumbuh dan semakin tumbuh. Aku mengurungkan keinginanku untuk menegur dan menyapanya. Biarlah semua cinta tetap ada walaupun terjebak dalam diam. Cincin yang melingkar di jari manis tangan kanannya sudah cukup membuat aku mengerti.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 57― Dwitasari -
Rasa lelahku saja berangsur sembuh ketika kutatap matanya yang bening. Namun, tajamnya tatapan itu juga selalu membuat jantungku tertusuk dengan amarah yang sebenarnya tak kupahami.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 2― Dwitasari -
Keinginanku untuk mengungkapkan perasaan kembali lumpuh dan patah. Aku belum berani mengungkapkan rasa, aku memilih jatuh cinta diam-diam. Dalam keadaan menyembunyikan perasaan seperti ini, aku tetap bahagia. Kebahagiaan itu sulit kujelaskan. Ruang untuk mencintainya semakin besar dan aku tak mengerti mengapa sampai saat ini aku belum benar-benar berhasil menggapainya. Mungkinkah dia terlalu tinggi untukku? Apakah dia terlalu sempurna untuk kugenggam?
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 146― Dwitasari -
Perasaan rindu yang terpendam bertahun-tahun ini tak meledak bagai petasan lebaran atau berkoar seperti terompet milih supporter.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 161― Dwitasari -
Aku bingung, kita mau berjalan ke arah mana. Nampaknya semua arah adalah arah yang salah.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 119― Dwitasari -
Di bahuku dia tersenyum haru. Di bahunya hatiku menangis pilu. Mungkin, lain kali, pada pelukan entah yang ke berapa, aku akan mengatakan aku mencintainya.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 13― Dwitasari -
Mereka ingin menjawab pertanyaan yang selama ini masih menggantung, apakah perbedaan agama tak layak disatukan dengan cinta?
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 119― Dwitasari -
Seandainya dia tahu, sakitnya bukanlah sakit yang paling sakit. Ketika berada di dekatnya, aku tak bisa menyatakan perasaanku. Aku hanya pria yang senang menunggu, selalu menunggu, dan mengharapkan dia datang. Terlalu tinggikah harapan seperti itu?
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 12― Dwitasari -
Akan sulit bertindak seperti biasa ketika seorang gadis duduk berdekatan dengan pemuda yang membuat debaran jantungnya berdetak tak karuan. Apalagi jika pemuda itu mirip dengan seseorang yang seharusnya dilupakan.
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 130― Dwitasari -
Matanya berbinar terang dan wajahya terlihat sangat bahagia. Perempuan yang tangannya terus dia genggam itu juga ikut bahagia. Sekarang aku tak tahu apakah aku harus tersenyum senang atau menunjukkan perasaan sedihku?
Sumber: Jatuh Cinta Diam-Diam 75― Dwitasari
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Dwitasari akan selalu Anda temukan di JagoKata.com
Kata kunci dari kata bijak ini:
Penulis serupa
-
Pramoedya Ananta Toer
Penulis dari Indonesia 437 -
Tere Liye
Penulis dari Indonesia 409 -
Primadonna Angela
Penulis dari Indonesia 304 -
Boy Candra
Penulis dari Indonesia 298 -
Winna Efendi
Penulis dari Indonesia 282 -
Oscar Wilde
Penulis dari Irlandia 281 -
Orizuka
Penulis dari Indonesia 273 -
Arumi E.
Penulis dari Indonesia 261