Kata-kata Bijak dari Butet Kertaredjasa

Butet Kertaredjasa

Seniman, aktor dan budayawan dari Indonesia

Hidup: 1961 -

Kategori: Artis | Film Negara: FlagIndonesia

Lahir: 21 Nopember 1961

  • Pancasila dalam kedudukannya sebagai idiologi Negara mampu mempersatukan berbagai kalangan baik yang agamis, nasionalis, sosialis, serta kalangan lainnya dalam mimpi kolektif untuk mewujudkan sebuah Indonesia yang terbayangkan.
  • Teater telah mengajarkan saya, bawa kita hanyalah bagian dari hidup, bagian dari orang lain. Seorang aktor tak pernah hidup sendirian.
  • Kualitas humor tertinggi itu kalau mampu mengejek diri sendiri. Cocok juga ditonton politisi. Belajar becermin untuk melihat diri sendiri yang asli.

Kata-kata Bijak 1 s/d 5 dari 5.

  • Pancasila dalam kedudukannya sebagai idiologi Negara mampu mempersatukan berbagai kalangan baik yang agamis, nasionalis, sosialis, serta kalangan lainnya dalam mimpi kolektif untuk mewujudkan sebuah Indonesia yang terbayangkan.
    Butet Kertaredjasa
    - +
    +44
  • Teater telah mengajarkan saya, bawa kita hanyalah bagian dari hidup, bagian dari orang lain. Seorang aktor tak pernah hidup sendirian.
    Butet Kertaredjasa
    - +
    +24
  • Kualitas humor tertinggi itu kalau mampu mengejek diri sendiri. Cocok juga ditonton politisi. Belajar becermin untuk melihat diri sendiri yang asli.
    Butet Kertaredjasa
    - +
    +18
  • Segala yang menggelintirkan logika akal sehat namanya dagelan.
    Butet Kertaredjasa
    - +
    +9
  • Proses berteater adalah proses menemukan keyakinan, juga kebahagiaan..
    Butet Kertaredjasa
    - +
    +8
Semua kata bijak dan ucapan terkenal Butet Kertaredjasa akan selalu Anda temukan di JagoKata.com

Tentang Butet Kertaredjasa

Butet Kertaredjasa lahir di Yogyakarta pada tanggal 21 November 1961. Ia adalah anak dari koreografer dan pelukis senior dari Indonesia yakni Bagong Kussudiardjo serta saudara dari Djaduk Ferianto.

Butet Kertaredjasa sudah malang melintang di dunia teater. Ia pernah bergabung dengan Teater Kita-Kita (1977), Teater SSRI (1978-1981), Teater Gandrik (1985-sekarang) hingga Komunitas seni Kua Etnika (1995-sekarang).

Beberapa pentas monolog juga pernah ia pentaskan diantaranya Racun Tembakau (1986), Lidah Pingsan (1997), Lidah (Masih) Pingsan (1998), Benggol Maling (1998), Raja Rimba Jadi Pawang (1999), Matinya Toekang Kritik (2006) hingga Kucing (2010).