
Bamby Cahyadi
Penulis dari Indonesia
Lahir: 1970-
Kata-kata Bijak 1 s/d 10 dari 18.
-
Tak ada cara terbaik menikmati perjalanan selain membiarkan dirimu tersesat. Ketika berhadapan dengan jalan yang tampak tak berujung dan jembatan serupa yang membingungkan. Terus saja berjalan. Setiap belokan, setiap sudut, menghadirkan misteri tersendiri. Tersesat adalah anugerah, karena dirimu tak tahu apa yang menanti di tiap kelokan. Bukankah begitu dengan kehidupan, bahkan kematian sekalipun?
Sumber: Perempuan Lolipop 69― Bamby Cahyadi -
Ia selalu membawa belati untuk membuat layang-layang sendiri. Ia gadis kecil penyuka layang-layang. Karena itu ia sangat suka langit dan angin. Maka ia pun sangat suka senja. Hingga ia sering berlari mengejar-ngejar senja.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 12― Bamby Cahyadi -
Tareq sedang menatap tanpa berkedip ke arah cakrawala. Matahari lamat-lamat tenggelam di uufk Barat menyisakan semburat cahaya jingga kemerahan yan melindap.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 35― Bamby Cahyadi -
Aku melirik ibuku. Ia membalas melirikku. Ibu tersenyum hampa. Aku tahu, Ibu ingin pesawat ini jatuh. Dan kami mati. Mati bersama. Kakakku terbangun dari tidurnya yang lelap, mungkin mimpinya terganggu oleh guncangan. Ia lalu menggamit tangan ibuku. Ia juga menatapku lekat. Semoga kita mati bersama.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 59― Bamby Cahyadi -
Di Indonesia, orang mau makan suka kebingungan sendiri ketika sudah berada di depan meja kasir. Mereka terlongo-longo sambil bergumam, mau makan apa ya aku? Mau makan saja bingung dan harus berpikir, bagaimana memikirkan negara yang makin korup. Berpikir soal makan saja kelimpungan. Itulah mengapa, Indonesia sulit jadi negara maju. Coba perhatikan orang bule, saat memesan menu di restoran cepat saji, mereka telah menentukan pilihan menunya ketika ia baru saja berniat makan di situ. Itulah bedanya…
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 40― Bamby Cahyadi -
Jakarta memang kota yang aneh. Siapa saja yang beruntung maka ia akan dengan mudah hidup di kota yang kejam ini. Siapa yang tak beruntung, mampuslah ia! Seperti seekor kerbau nahas ini.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 146― Bamby Cahyadi -
Jantungku berdetak dengan cepat ketika Ayah melangkah ke arahku, kakinya begitu ringan, wajah Ayah yang pucat kini tampak bercahaya, terang benderang. Dan menghilang! Aku tersentak. Ruangan kembali gaduh oleh orang-orang mengaji diselingi isak tangis para pelayat. Di beranda, keranda telah disiapkan. Suara sirene meraung-raung dari mobil jenazah menuju pemakaman.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 72― Bamby Cahyadi -
Walaupun demikian, impianku untuk menjadi seorang koruptor terus saja tertanam dalam sanubariku. Ibarat dian yang tak kunjung padam. Kobaran itu makin menyala-nyala. Kolegaku di universitas sempat tertawa terbahak-bahak ketika mengetahui obsesiku menjadi koruptor.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 91― Bamby Cahyadi -
Ya, betapa sulitnya kami menghapus kenangan bersama Riri. Tak semudah dan sesederhana menghapus tulisan dari papan tulis. Riri putri kami satu-satunya, cantik, lucu, dan ia adalah matahari bagi kehangatan kekeluarga kami.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 6― Bamby Cahyadi -
Sejarah tetaplah sejarah, yang tak bisa dipelintir untuk dibelokkan ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah sesuai kehendak penguasa.
Sumber: Kisah Muram di Restoran Cepat Saji 106― Bamby Cahyadi